Jumat, 19 Oktober 2012


Sulit memahami hatimu

Kini aku benar – benar harus kehilangan dia,tapi mungkin perpisahan ini memang jalan yang terbaik untuk mu dan aku, aku tak bisa lagi mencintaimu seperti dulu, entah kenapa hatiku berubah seperti ragu akan cintamu. Aku hanya bisa berdiam diri tanpa melarangmu pergi dariku karena memang serasa bibir ini tak mampu berkata apapun di depanmu, cukup kita saling menyakiti satu sama lain, biarlah rasa ini aku pendam sendiri, aku tau kamu masih tetap mencintaiku tapi ketahuilah aku tak bisa memahami apa yang kamu harapkan, mungkin jalan kita berbeda dan meskipun sebenarnya perasaanku masih tersisa di hatiku,aku tak bisa berbuat apa – apa, aku seakan hanya bisa terdiam seperti pecundang, aku takut setiap kata yang ku ucapkan serasa harapan bagimu, aku takut memberikan harapan kosong, aku takut kamu makin tersakiti karena selalu mengingat harapan – harapan yang pernah aku ucapkan.terkadang saat aku sendiri dalam sepi berfikir
 Apakah ini hanya sebatas kasian....?!
ataukah aku memang masih takut kehilangan dia....?!Ya Allah Berikanlah aku petunjuk dari kebimbanganku saat ini...?!aku tak ingin menyakiti orang lain dengan keputusanku...?!”
tapi entah sampai kapan aku dan kamu seperti tanpa kejelasan tentang hubungan kita...” aku ingin menjauh namun aku tak mampu melihatmu tersiksa karena perhatianku pudar untukmu. Di sisi lain aku merasa kamu adalah orang yang tepat untukku tapi yang aku belum bisa memahami jalan fikirmu...?! kamu menuduhku seolah aku selalu salah di matamu...!! kamu selalu ingin mendapatkan perhatian hingga orang lain tak boleh mendapatkan perhatianku meskipun perhatianku hanya menghargai perasaan orang lain, aku tau kamu ingin memilikiku seuntuhnya tapi tak bukan seperti ini caramu memperlakukan aku. Aku masih ingat Dulu kamu pernah menjelaskan dan berkata padaku “ aku lakukan ini karena aku sayang kamu, aku tak ingin kehilangan kamu, aku akan merubah sikap egoisku ini demi kamu, asal kamu jangan tinggalkan aku, aku tak sanggup jika akhirnya kehilangan orang yang benar – benar aku cintai, terlalu sulit aku melepasmu karena begitu berat pengorbananku mendapatkan cintamu....”
 tapi rasanya ucapan itu hanyalah rangkaian kata – kata yang tak bermakna, buktinya kamu mengingkari ucapanmu sendiri, sampai saat ini kurasa belum ada perubahan yang terlihat dari dirimu, berulang kali aku memberikan kesempatan tapi apa yang terjadi bukan seperti apa yang kamu katakan, selalu tetap sama dan terus seperti itu sampai saat ini, akhirnya aku lelah jika terus – terusan dalam bayangan pertengkaran, cukupku pernah merasakan kesedihan yang mendalam saat tersakiti dia, apa kamu ingin menambah kesedihanku saat ini, mungkin memang kita tak harus bersama dan saling memiliki, Allah tlah berkata lain untuk hubungan kita, biarlah suatu saat waktu yang menjawab apakah kita di persatukan kembali atau akankah kamu akhirnya bukan untukku....” aku tau keputusanku kurasa menyakitkan kamu tapi apalah dayaku....?! aku terpaksa lakukan ini semua demi melihatmu bahagia, aku tak ingin air mata membasahi pipimu, kalau memang kebahagiaanmu harus bersama yang lain aku rela, bagiku melihatmu dalam keadaan sehat dan selalu dalam senyuman kurasa itu cukup. Pernah terlintas di benakku saat – saat kita bertengkar
apa kebahagiaanmu memang bukan denganku...!? selalu saja aku membuatmu kecawa dengan sikapku yang bagimu salah, lalu apa yang harus aku lakukan...?? sebenarnya siapakah yang harus di salahkan, aku ataukah kamu...?! aku mencoba bertahan dengan sikap egoismu yang tak mau di salahkan, terkadang saat lelah aku juga tak mau mengalah dan tak bisa sabar menghadapimu...” ini lah aku, aku terlalu lelah menghadapi kerasnya kehidupan.sedikit banyaknya kamu seperti seseorang yang membuat hidup ibuku dan aku dalam kepedihan. Taukah kamu aku bersikap tegas melepaskanmu seperti ini karena aku ingat pesan ibuku,
ibuku berkata dalam isakan tangisnya “ nak... hati – hati memilih seseorang, jangan sampai menyesal seperti ibuku, yang terus mengalah karena sikap keegoisan...ibu tak mau kamu merasakan hal yang ibu rasakan...”
dan sampai saat ini masih teringat jelas perkataan itu dan aku tak ingin kejadian sama menimpaku. Rasanya aku muak selalu mengalah dan terus mengalah dalam sikap keegoisan, jadi jangan salahkan jika aku memutuskan hubungan kita yang isinya hanya pertengkaran dan keegoisan...” aku butuh seseorang yang bisa memahamiku dan mengerti keadaanku. Maafkan aku kalau hubungan kita berakhir seperti ini.

1 komentar: