Sulit memahami hatimu
Kini aku
benar – benar harus kehilangan dia,tapi mungkin perpisahan ini memang jalan
yang terbaik untuk mu dan aku, aku tak bisa lagi mencintaimu seperti dulu,
entah kenapa hatiku berubah seperti ragu akan cintamu. Aku hanya bisa berdiam
diri tanpa melarangmu pergi dariku karena memang serasa bibir ini tak mampu
berkata apapun di depanmu, cukup kita saling menyakiti satu sama lain, biarlah
rasa ini aku pendam sendiri, aku tau kamu masih tetap mencintaiku tapi
ketahuilah aku tak bisa memahami apa yang kamu harapkan, mungkin jalan kita
berbeda dan meskipun sebenarnya perasaanku masih tersisa di hatiku,aku tak bisa
berbuat apa – apa, aku seakan hanya bisa terdiam seperti pecundang, aku takut
setiap kata yang ku ucapkan serasa harapan bagimu, aku takut memberikan harapan
kosong, aku takut kamu makin tersakiti karena selalu mengingat harapan –
harapan yang pernah aku ucapkan.terkadang saat aku sendiri dalam sepi berfikir
Apakah ini hanya sebatas kasian....?!
ataukah aku
memang masih takut kehilangan dia....?!Ya Allah Berikanlah aku petunjuk dari
kebimbanganku saat ini...?!aku tak ingin menyakiti orang lain dengan
keputusanku...?!”
tapi entah
sampai kapan aku dan kamu seperti tanpa kejelasan tentang hubungan kita...” aku
ingin menjauh namun aku tak mampu melihatmu tersiksa karena perhatianku pudar
untukmu. Di sisi lain aku merasa kamu adalah orang yang tepat untukku tapi yang
aku belum bisa memahami jalan fikirmu...?! kamu menuduhku seolah aku selalu
salah di matamu...!! kamu selalu ingin mendapatkan perhatian hingga orang lain
tak boleh mendapatkan perhatianku meskipun perhatianku hanya menghargai
perasaan orang lain, aku tau kamu ingin memilikiku seuntuhnya tapi tak bukan
seperti ini caramu memperlakukan aku. Aku masih ingat Dulu kamu pernah
menjelaskan dan berkata padaku “ aku lakukan ini karena aku sayang kamu, aku
tak ingin kehilangan kamu, aku akan merubah sikap egoisku ini demi kamu, asal
kamu jangan tinggalkan aku, aku tak sanggup jika akhirnya kehilangan orang yang
benar – benar aku cintai, terlalu sulit aku melepasmu karena begitu berat
pengorbananku mendapatkan cintamu....”
tapi rasanya ucapan itu hanyalah rangkaian
kata – kata yang tak bermakna, buktinya kamu mengingkari ucapanmu sendiri,
sampai saat ini kurasa belum ada perubahan yang terlihat dari dirimu, berulang
kali aku memberikan kesempatan tapi apa yang terjadi bukan seperti apa yang
kamu katakan, selalu tetap sama dan terus seperti itu sampai saat ini, akhirnya
aku lelah jika terus – terusan dalam bayangan pertengkaran, cukupku pernah
merasakan kesedihan yang mendalam saat tersakiti dia, apa kamu ingin menambah
kesedihanku saat ini, mungkin memang kita tak harus bersama dan saling
memiliki, Allah tlah berkata lain untuk hubungan kita, biarlah suatu saat waktu
yang menjawab apakah kita di persatukan kembali atau akankah kamu akhirnya
bukan untukku....” aku tau keputusanku kurasa menyakitkan kamu tapi apalah
dayaku....?! aku terpaksa lakukan ini semua demi melihatmu bahagia, aku tak
ingin air mata membasahi pipimu, kalau memang kebahagiaanmu harus bersama yang
lain aku rela, bagiku melihatmu dalam keadaan sehat dan selalu dalam senyuman
kurasa itu cukup. Pernah terlintas di benakku saat – saat kita bertengkar
apa
kebahagiaanmu memang bukan denganku...!? selalu saja aku membuatmu kecawa
dengan sikapku yang bagimu salah, lalu apa yang harus aku lakukan...??
sebenarnya siapakah yang harus di salahkan, aku ataukah kamu...?! aku mencoba
bertahan dengan sikap egoismu yang tak mau di salahkan, terkadang saat lelah
aku juga tak mau mengalah dan tak bisa sabar menghadapimu...” ini lah aku, aku
terlalu lelah menghadapi kerasnya kehidupan.sedikit banyaknya kamu seperti
seseorang yang membuat hidup ibuku dan aku dalam kepedihan. Taukah kamu aku
bersikap tegas melepaskanmu seperti ini karena aku ingat pesan ibuku,
ibuku
berkata dalam isakan tangisnya “ nak... hati – hati memilih seseorang, jangan
sampai menyesal seperti ibuku, yang terus mengalah karena sikap keegoisan...ibu
tak mau kamu merasakan hal yang ibu rasakan...”
dan sampai
saat ini masih teringat jelas perkataan itu dan aku tak ingin kejadian sama
menimpaku. Rasanya aku muak selalu mengalah dan terus mengalah dalam sikap
keegoisan, jadi jangan salahkan jika aku memutuskan hubungan kita yang isinya
hanya pertengkaran dan keegoisan...” aku butuh seseorang yang bisa memahamiku
dan mengerti keadaanku. Maafkan aku kalau hubungan kita berakhir seperti ini.
Like
BalasHapus